"Jelas", Sebuah Sajak.

Monday, October 12, 2015

Jelas




akhirnya semua telah tampak dengan jelas, lampu-lampu yang tertutup tabir keragu-raguan kini telah menyala dengan terangnya.
Menyinari seluruh cakrawala isi hati, menyelinap ke dalam sela-sela mimpi yang pernah terbangun.

Akhirnya imaji panjang yang telah terbanyang lama, sangat lama dahulu, telah terjawab dengan amat nyata. Tertulis menjadi epilog dari kisah yang harus diakhiri.

Akhirnya pintu-pintu muara berukuran besar kini telah terbuka, mengalirkan ratusan kubik air mata hati dengan sederas-derasnya. Airnya mengalir ke setiap penjuru gundukan tanah dalam hati yang telah sekian lama kering menunggu jawaban. Menemui bibit-bibit yang telah lama ditanam yang amat rindu akan belaian air kesejukan.

Akhirnya jawaban atas mimpi dan harapan itu telah terbit dari ufuk penantian, cahaya meganya menyala dengan terang benderang, menjadi penanda awal waktu untuk memulai mimpi yang baru, sekaligus sebagai batas akhir dari mimpi yang harus kuhujam sedalam-dalamnya.

Semuanya telah nampak dengan amat jelas, namun entah mengapa aku masih saja tidak mengerti,
mengapa jawaban ini menjadi amat jelas, mengalir ke dalam bagian hati yang tak seharusnya, bukan ke pada sisi itu jawaban dimasukkan.

Rasanya dari sekian banyak harapan yang tersusun, jawaban itu ada pada urutan nomor yang tak terdevinisikan. Amat jauh dan bahkan samasekali tak masuk dalam ekspektasi hati.

Rasanya jawaban itu menyala terlalu terang, mengeluarkan gelombang panas yang terlampau panas bahkan untuk hati ini sekedar menerimanya,

rasanya kalimat jawaban yang tertulis begitu rancu, merusak ratusan lembar di belakangnya, mengharuskan kisah diakhiri di saat seharusnya menjadi bagian yang terindah,

rasanya air yang mengalir terasa begitu deras, bukan kesegaran hati yang terasa, namun air mata hati ini begitu meluap, merendam segala harapan yang dulu rasanya telah susah payah untuk ditanam, bibit demi bibit, yang hanya perlu untuk sedikir kau siram dengan air mata hati kebahagiaan.

Dan rasanya, jawaban yang telah terbit itu justru menjadi pertanda untuk daerah hatiku yang lain untuk mengakhiri masa terang, sepaket mimpi itu nampaknya sudah tiba saatnya untuk harus terbenam, dan aku pun harus ikut membenamkan mimpi itu, sedalam-dalamnya.

Malam ini, sepaket mimpi yang amat agung itu telah kuhimpun dalam satu kotak kecil,
walau terasa begitu sesak, namun ku tak ingin ia menjadi semakin besar.
Biarlah aku kunci kotak kecil ini, dengan doa kepada illahi,
telah kuletakkan di dasar relung hati, yang bahkan rasanya tak bisa aku ambil kembali,
lalu, kunci ini,
kuserahkan kepada Allah, Sang Penguasa Isi Hati.

Oh My Lord,
Jika suatu saat Engkau merestui, bukakan kembali dengan Kasih Mu,
jika harus selesai, tetaplah kunci mimpi itu dengan Rahmat Mu.
Ya Allah, malam ini….

Aku berserah diri.

23.51 Sunday, 11 October 2015




0 comments

Ditunggu komentarnya ^_^

You Might Also Like

Instagram