300 Kilometer Arah Matahari Terbenam
Sunday, February 19, 2017
Kali ini waktu membawaku dalam suasana hati yang begitu
bergejolak
Terpontang-panting bersama keadaan hidup yang juga berjalan
dengannya.
Adalah soal keyakinan dan kemantapan hati, yang menjadi
musabab gejolak ini.
Di satu waktu hatiku telah mantap untuk tentancap di tempat
ini, tempat terdahulu namun dengan aktivitas yang samasekali baru.
Dan di saat yang lain hatiku hilang entah ke mana,
kucari-cari dengan nafas sesak dan tersenggal-senggal.
Ternyata hatiku ada di sana,
300 kilo meter jauhnya ke arah matahari
terbenam.
Sungguh lelah rasanya, aku mengejar-ngejar hati yang
berlarian pergi ratusan kilometer jauhnya. Ia pergi dan tinggal tak tentu
waktu, menghilang dan hadir dalam seper sekian waktu sekaligus, sedang fisikku
tengah terdiam di sini—atau bahkan terkurung dalam pengertian yang lebih kuat.
Dan ketika fisikku gagal menjemput hatiku, kemudian adalah
perasaan kesal, sedih, serta gulana yang terbalut dalam kata rindu.
Ah, itu dia, rindu ia yang selalu berhasil menculik hati
dari dadaku.
Menculiknya dengan tanpa permisi sehingga tinggallah perih
tak jarang pedih dalam dadaku.
Hal ini menjadi lucu,
Bahwa hati yang letaknya tak lebih dari tiga jengkal dari
akalku tak dapat kutaklukkan dengan segala pembelaan ilmiah apapun. Rasanya semua
rasionalisasi logis tertolak begitu saja ketika memasuki ulu hatiku, yang
bahkan tidak menyentuhnya sekalipun.
Aku tidak menyesal,
Aku juga tidak meratapi keadaan,
Aku percaya ini sederhana,
Aku hanya rindu,
Itu saja.
0 comments
Ditunggu komentarnya ^_^