Sebuah Sistem Maha-kompleks

Sunday, May 21, 2017

Takdir. Takdir adalah satu persoalan dalam hidup yang hingga kini belum kutemukan jawaban yang cukup memuaskanku. Apakah takdir itu, apadefinisinya, bagaimana cara kerjanya, dan bagaimana caraku untuk menjalaninya.


Sebetulnya,
jauh di dalam benakku ada satu kepercayaan bahwa setiap waktu, tempat, orang yang kulalui, kualami dan kujumpai pastilah oleh Tuhan dititpkan sebuah maksud. Tidak mungkin aku masih diberikan waktu, atau aku berada di tempat tertentu, dan aku berjumpa dengan seseorang dengan proses yang tiba-tiba atau ujug-ujug. Ada, aku percaya, pasti ada satu sistem maha-kompleks yang mengatur itu semua. 


Seperti, jika aku sedang mengendarai motor dan kemudian mengalami kecelakaan, lalu datanglah satu orang yang menolong.maka paling tidak ada tiga entitas yang dapat ku analisa. Pertama adalah aku yang mengalami kecelakaan, kemudian tempat di mana aku mengalaminya, serta orang yang datang untuk menolongku. Entah mengapa aku hanya percaya saja, bahwa ketika unsur tadi tidaklah datang kepadaku dengan tanpa disengaja, sekali lagi, pasti ada satu sistem maha-kompleks yang mengatur itu semua.

Bisa jadi, bukan sial atau apes yang menjadikanku kecelakaan, bukan tempat angker yang menjadikanku jatuh di sana, dan orang yang menolongku bukanlah orang yang kebetulan saja lewat ketika kecelakaan itu terjadi.

Sistem maha-kompleks itu, aku tak tahu harus dengan kosakata apa menyebutnya, jika merujuk kepada literasi agama, agaknya itulah yang dimaksud dengan takdir.

Permasalahannya adalah bagiku pribadi, untuk mengambil satu hikmah, pelajaran, atau manfaat dalam satu ketentuan takdir tidak selalu mulus. Kadang akalku kerap menggugat ketetapan takdir itu, namun ketika hendak kugugat, aku sendiri tak tahu--cenderung tidak mampu--untuk memikirkannya.

Tentu, Kejadian kecelakaan tadi hanyalah sample saja, dalam takdir-takdir yang sampai kepadaku, ada juga yang lebih kompleks dari itu, yang bila kucoba untuk mengurai benang apa saja entitas yang terlibat dalam satu peristiwa takdir maka akan melibatkan banyak lini masa, bermacam-macam tempat, serta orang-orang yang terlibat didalamnya berikut karakteristik, emosi, juga wataknya. Dan, pada akhirnya, ketika hendak kuguguat, maka akan bermuara pada satu kesimpulan with no conlutions.

Dalam kondisi kebuntuan berpikir seperti ini, hal yang dapat kuambil adalah, betapa akal begitu lemah, bahkan untuk mengungkap hakikat kehidupan ini, agak aneh rasanya, aku sebagai manusia yang hidup di dunia, namun tak dapat betul-betul mengerti dan memahami bagaimana cara hidup ini bekerja.

Semakin banyak berpikir, maka ketidaktahuan akan lebih banyak lagi bermunculan.

Akhirnya, aku teringat nasihat Imam Ali Karamallahuwajha, bahwa Takdir ibarat satu buah ruangan yang gelap gulita, maka jangan sekali-kali kau memasukinya.
Dan Rasulullah Muhammad SAW bersabda, bahwa bila manusia tidak mau menerima ketetapan takdir Allah, silakan cari Tuhan yang lain.

Subhanallah,
Astaghfirullah..
Allah,
Aku rindu...

0 comments

Ditunggu komentarnya ^_^

You Might Also Like

Instagram