2018
Tuesday, January 01, 2019Tahun 2018 telah berhasil mengantarkanku masuk ke tahun 2019. Tuhan, terimakasih atas waktuMu setahun kemarin yang telah Engkau anugerahkan kepadaku.
Overall tahun ini terasa begitu cepat, meski banyak dinamika--suka dan duka--yang begitu aku nikmati.
Aku ingat, dahulu aku mengawali tahun 2018 dalam suasana penuh kebimbangan dan kecemasan dalam hati. Berada di antara beberapa pilihan dengan berbagai konsekuensi yang luar biasa besar, setiap pilihannya akan menentukan akan seperti apa waktu-waktu ke depan kujalani.
Dan inilah yang aku pilih, sepaket bersama risiko dan konsekuensinya.
Dan, terimakasih ya Allah, engkau masih amat baik sekali kepadaku.... Meski boleh jadi pilihanku setahun ini ialah jauh dari ridhaMu, namun berbagai nikmat masih saja Engkau limpahkan kepadaku.
Ada beberapa ibrah penting yang kudapatkan selama setahun ini,
Pertama, bahwa untuk memilih satu keputusan yang besar maka harus benar-benar siap dengan segala kemungkinan risiko dan konsekuensi yang mungkin terjadi.
Pelajaran kedua yang kudapati adalah, bahwa ternyata berjuang dalam kesunyian dan bergerak di belakang panggung masih sangat kunikmati, boleh jadi ini adalah karakter dari diriku yang sudah saatnya aku pilih dan fokuskan untuk beberapa masa selanjutnya.
Ketiga kurasa, aku mulai mengenali diriku sendiri lebih baik, maksudku, aku mulai bisa lebih memahami diriku, di mana potensi yang dapat dikembangkan, dan ambang batas kemampuan diriku. Kurasa ini pelajaran yang penting, bahwa ternyata mendalami potensi diri jauh lebih produktif ketimbang memaksakan diri untuk mendobrak ambang batas diri.
Kelima adalah pelajaran yang kudapat di penghujung tahun ini, yaitu soal memahami cita-cita, harapan dan ekspektasi. Sebelumnya aku memahami dunia ini berjalan dengan begitu bising dan gaduh. Pertentangan-pertentangan kerap muncul dalam pikiranku, menguras amat banyak waktu dan tenaga, dan ternyata segala kesemerawutan ini pada akhirnya berputar dalam roda paradoks.
Aku baru memahaminya akhir-akhir tahun ini, bahwa segala kegaduhan ini hanya terjadi dalam pikiranku, maksudku, lihatlah, burung-burung masih bersiutan mengisi langit-langit, embun pagi masih segar menemani fajar, dan tetumbuhan masih hijau menghiasi horizon.
Segala kegaduhan dan kekacauan hanya ada dalam pikiranku sendiri, dunia tidak seburuk yang kupikirkan. Maka aku mencoba untuk lebih menerima keadaan dan menekan pikiran-pikiran aneh yang sesungguhnya hanya imaji akalku belaka.
Kekecewaan adalah tidak bertemunya ekspektasi dengan realita, aku belajar agar tidak terlalu jauh mematok harapan sampai abai terhadap segala pencapaian yang ada.
Setidaknya itulah yang 2018 telah ajarkan kepadaku, tentang 2019 ini aku tidak tahu, dan aku tidak memberondol tahun 2019 dengan berbagai amunisi harapan yang terlalu jauh, aku hanya berharap rida Allah masih bersamaku tahun ini.
2 comments
Ku datang meninggalkan jejak~
ReplyDeleteTerimakasih sudah berkunjung :)
DeleteDitunggu komentarnya ^_^