Intelegensi Telekomunikasi [OPINI]
Wednesday, October 11, 2017
Ini adalah tulisan saya yang saya kirimkan ke media online islamika-online.com yaitu media online milik Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta.
untuk artikel lengkapnya
Sukoharjo, Islamika-online.com – Dewasa ini umat manusia telah memasuki babak baru, satu zaman di mana berbagai fondasi peradaban seperti filsafat, sains, ekonomi dan politik telah mencapai masa kematangannya. Bumi terus berputar menuju satu keadaan baru, globalisasi tak dapat lagi dibendung, batas serta sekat yang memisahkan manusia berdasarkan teritorial negara, benua bahkan samudera kini telah kabur sama sekali.
Adalah era Telekomunikasi, satu produk zaman yang hari ini berkembang begitu cepat, memungkinkan arus informasi, bahkan budaya serta ideologi dapat menyebar dengan cepat, merobohkan segala batas wilayah, melewati luasnya samudra, masuk ke perkotaan hingga pelosok desa. Telekomunikasi secara definitif merupakan teknik penyampaian informasi dari satu tempat ke tempat yang lain, sedang Era Telekomunikasi ialah satu era di mana umat manusia mulai secara masif, sadar, dan perlu untuk menggunakan sarana telekomunikasi sedemikian sehingga otomatis menjadikan industri telekomunikasi terus berkembang.
Dari definisi di atas menjadi maklum bagi kita bahwa dalam perkembangannya teknologi telekomunikasi dipengaruhi oleh simbiosis-mutualisme antara kebutuhan umat manusia dan juga kepentingan industri. Internet, hari ini telah terjangkau oleh 60% masyarakat dunia, oleh karenanya penggunaan internet tidak lagi dipakai oleh kalangan minoritas namun telah menjadi kebutuhan mayoritas, beriringan dengan itu di lain pihak, para insinyur dan arsitek sarana telekomunikasi sudah barang tentu akan selalu dan senantiasa bersaing untuk memunculkan satu sistem pengelolaan informasi untuk meraih pelanggan sebanyak-banyaknya.
Hari ini kita menjumpai banyak sekali fasilitas internet yang menawarkan ciri khas fiturnya masing-masing, mulai portal berita, media sosial, layanan berbagi video, jasa penyimpanan data, bahkan hingga transaksi uang serta jual beli.
Bila sejauh ini kita melihat layanan internet dengan sudut pandang murni sebagai pengguna, maka penulis mengajak pembaca untuk menelaah lebih jauh layanan internet dalam sudut pandang penyedia jasa. Mari kita ambil facebook sebagai sampel, tahukan pembaca bahwa facebook adalah salah satu situs paling akbar di dunia maya hari ini?, barangkali ini bukan fakta yang mengejutkan karena di lingkungan kita hari ini hampir semua orang memiliki setidaknya satu akun facebook. Namun fakta mengejutkannya bahwa facebook adalah salah satu situs yang tidak memiliki konten! Mereka hanya menawarkan seperangkat sistem dan User merekalah yang mengisi konten ke dalam database facebook.
Umumnya media sosial hanya menawarkan satu kolom status yang bisa diisi dengan teks, gambar, atau video. Ketika sudah terposting maka akan muncul kolom komentar untuk User lain meresponsnya serta fasilitas untuk meng-share status tersebut. Lebih kurang begitulah cara kerja media sosial mainstream. Namun saat layanan media sosial terbuka, di balik nyala layar sesungguhnya ada ribuan baris kode yang tengah berproses, mengunggah data dari perangkat kita sekaligus mengunduh data dari Server yang bisa beribu kilometer jauhnya, dua proses super-kompleks yang berjalan sekaligus di bawah satu sistem kompleks di bawah komando pihak pembuat dan penyedia layanan.
Dalam aktivitas di media sosial, para user hanya dibekali kolom konten atau komentar. Konsekuensinya, dalam diskusi Online orang yang berilmu, kapabel dalam satu bidang, dan berkualitas akan diberikan kolom yang sama dengan orang yang sebaliknya, tidak jarang dalam interaksi Online banyak nilai-nilai psikologis yang tidak tersampaikan dibandingkan dengan pertemuan atau diskusi langsung. Sehingga tidak mengherankan bila diskusi Online masyarakat internet Indonesia kerap bertabur kata-kata kasar, penuh cacian rasa benci. Kondisi yang 180% terbalik dengan kultur sosial masyarakat Indonesia yang katanya beradab.
Dunia Internet hari ini hanya dengan modal kurang dari 100rb, seseorang sudah dapat membuat website sendiri, bebas mengonsep serta mengisi konten sepenuhnya di bawah kendalinya sendiri, ada pula para buzzer, yaitu ratusan bahkan puluhan ribu akun palsu yang sengaja dibuat dalam rangka mem-blow up dan mem-viral-kan satu topik tertentu. Tak ayal ribuan situs mulai dari berita yang valid hingga kumpulan hoax, pornografi serta penipuan banyak sekali berjejer di beranda meraup kepentingan dan untung dari setiap klik User.
Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika dalam salah satu kesempatan dialog di televisi menjelaskan bahwa perbedaan antara media massa (televisi, koran, atau radio) dengan media Online adalah: Media Massa mengedepankan akurasi/validitas berita karena mereka memiliki cukup waktu, sedangkan Media Online mengedepankan kecepatan untuk selalu up-to-date, soal akurasi/validitas adalah urusan belakangan.
Namun bagaimanapun Internet telah menjadi fenomena yang tak terbendung, ia menjadi pemeran utama dalam perkembangan teknologi telekomunikasi. Harus diakui bahwa Internet membawa begitu banyak manfaat, mempermudah hajat manusia di berbagai lini kehidupan. Kita pun perlu mengapresiasi dengan semakin masifnya partisipasi warga Indonesia dalam menyumbang leterasi di dunia maya, semangat ini harus tetap dijaga karena Teknologi Telekomunikasi disinyalir akan bertahan hingga jauh ke depan.
Namun yang wajib diketahui bahwa internet tak hanya soal manfaat, ibarat dua mata koin, internet juga memiliki sisi mudarat yang harus dihindari.
Kita harus tahu, ketika menggunakan Media Sosial maka konten apa yang pantas diposting, siapa yang akan menyaksikannya, seberapa besar manfaatnya, dan yang terpenting apakah kebenaran hal tersebut valid ataukah hoax.
Dan ketika kita mengakses sebuah portal berita, pastikan kita tahu siapakah penyedia portal tersebut, kepada siapa mereka berafiliasi, ideologi apa yang mereka anut, bagaimana reputasinya. Semua informasi itu harus kita peroleh untuk memastikan bahwa berita yang akan kita baca adalah informatif, bermanfaat dan valid.
Internet adalah sudah menjadi kebutuhan konsumsi manusia, konsumen harus memiliki skill untuk mengendalikannya agar terus bermanfaat dan tidak menjadi liar. Skill ini bernama Intelegensi Telekomunikasi ialah kecerdasan untuk menggunakan sarana telekomunikasi.
Sebetulnya bagi masyarakat Indonesia internet relatif baru, ia mulai ramai digunakan di awal 2005. Belum genap 20 tahun, namun sisi gelap Internet sudah dapat menjadikan kegaduhan, kata-kata kasar, pornografi, serta kebiasaan mencaci menghapuskan kultur budi pekerti nusantara yang dibangun hingga ribuan tahun. Bila Netizen Indonesia tidak memiliki Intelegensi Telekomunikasi, maka bebasnya internet akan mengubah masyarakat Indonesia dari penduduk kota dan pedesaan sekaligus, degradasi moral tak akan terbendung, ruh sosial yang kering yang pada akhirnya akan melahirkan masyarakat yang kasar, amoral, dan individualistis dalam waktu sekejap!.
Zaman yang kini melaju lebih cepat bersama Teknologi Telekomunikasi harus dapat direspons, dipahami, untuk kemudian disaring dengan tepat oleh Netizen Indonesia. Budaya musyawarah mufakat, budi pekerti sopan santun, gotong-royong serta kearifan lokal yang telah nenek moyang kita ajarkan harus dapat kita angkat ke dunia maya—tentunya dengan dibekali pemahaman yang komprehensif ihwal Teknologi Telekomunikasi dan bagaimana Sistemnya berjalan, bahwa pada hakikatnya media di internet adalah produk yang bekerja di bawah satu sistem yang diciptakan dalam rangka memenuhi tujuan pihak atau perusahaan penyedianya. Pemahaman yang kritis dan mendalam itulah yang disebut Intelegensi Telekomunikasi.
Bagaimanapun juga, kerukunan adalah hal yang utama, bahwa kita tidak selamanya hidup di depan layar, oleh karenanya silaturahim harus tetap terikat, sopan santun dan etika mesti dijunjung, jadikan internet yang kita konsumsi mendukung itu semua. Sekali lagi, Ketika hendak memposting sesuatu ketahuilah siapa saja yang akan menyimak serta berbagai respons yang mungkin terjadi, dan jangan mudah terpancing dengan suatu berita, selalu saring sebelum sharing. Bijaklah dalam menggunakan internet, karena setiap teks, gambar maupun video yang sudah masuk ke dalamnya, selamanya tidak ada jaminan bahwa ia akan hilang meskipun terhapus dalam akun kita, selain itu aktivitas berinternet pun diatur Undang-undang ITE oleh karenanya hendaklah kita lebih berhati-hati, teliti, bijak serta cerdas dalam menggunakan sarana telekomunikasi.
Oleh
Ayi Fahmi
(Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah UIN SGD Bandung)
0 comments
Ditunggu komentarnya ^_^